Smart TV Dukung Revolusi Pembelajaran Nasional


Dalam upaya mempercepat transformasi digital di dunia pendidikan, pemerintah Indonesia mengambil langkah besar dengan menargetkan penyebaran 330 ribu Smart TV ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2025. Program ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas proses belajar-mengajar di era digital.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi Digitalisasi Sekolah Nasional, yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Tujuannya bukan hanya untuk menyediakan perangkat teknologi, tetapi juga untuk membangun ekosistem pembelajaran modern yang inklusif dan interaktif.

“Kami ingin setiap siswa memiliki akses yang sama terhadap pembelajaran digital, tanpa memandang lokasi sekolah mereka,” ujar Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim dalam konferensi pers di Jakarta.


Langkah Konkret Digitalisasi Pendidikan

Program penyebaran Smart TV ini menjadi salah satu wujud nyata komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan berbasis teknologi. Menurut Nadiem, Smart TV dipilih karena dapat berfungsi sebagai media pembelajaran multifungsi, menggantikan peran proyektor, papan tulis, dan bahkan komputer di kelas.

Smart TV akan menjadi pusat pembelajaran di ruang kelas, dengan kemampuan menampilkan konten digital, video edukatif, hingga simulasi interaktif. Melalui koneksi internet, pengajar dan siswa juga bisa mengakses ribuan materi dari platform digital resmi seperti Merdeka Mengajar dan Rumah Belajar.

Selain itu, Smart TV akan dilengkapi dengan aplikasi pembelajaran bawaan, termasuk YouTube Edu, sumber konten STEM, serta materi literasi dan numerasi yang disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka.


Fitur Canggih untuk Mendukung Kelas Interaktif

Smart TV yang akan dikirimkan ke sekolah bukan perangkat biasa. Pemerintah bekerja sama dengan produsen teknologi lokal dan global untuk menghadirkan Smart TV yang dirancang khusus bagi kebutuhan pendidikan. Beberapa fitur unggulannya antara lain:

  1. Layar Sentuh Interaktif (Touchscreen) untuk aktivitas belajar kolaboratif.
  2. Koneksi Internet Stabil yang mendukung pembelajaran daring.
  3. Penyimpanan Internal untuk menyimpan materi, video, dan presentasi pengajar.
  4. Aplikasi Edukasi Terintegrasi yang bisa langsung diakses tanpa perangkat tambahan.
  5. Mode Hemat Energi agar lebih efisien digunakan di sekolah-sekolah daerah.

Dengan teknologi ini, pengajar dapat menampilkan animasi, kuis digital, hingga video pembelajaran interaktif tanpa harus bergantung pada laptop atau proyektor tambahan.


Tahapan Distribusi Hingga 2025

Program penyebaran Smart TV dilakukan secara bertahap mulai tahun 2024 hingga akhir 2025. Pada tahap pertama, pemerintah fokus pada 20 provinsi dengan tingkat kesiapan digital paling tinggi, mencakup sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

Tahap kedua akan diperluas ke seluruh provinsi, termasuk sekolah menengah atas (SMA), sekolah kejuruan (SMK), dan madrasah. Pemerintah menargetkan seluruh sekolah negeri dan sebagian besar sekolah swasta menerima minimal satu unit Smart TV.

Distribusi perangkat ini dilakukan melalui kerja sama lintas kementerian — Kemendikbudristek, Kominfo, dan Kemenkeu — serta dukungan dari PT Telkom Indonesia untuk penyediaan jaringan internet dan pelatihan pengajar.

“Kami tidak hanya menyalurkan perangkat, tapi juga memastikan guru memahami cara memanfaatkannya secara efektif,” tegas Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti.


Manfaat untuk Pengajar dan Siswa

Smart TV diharapkan menjadi katalis dalam menghadirkan pembelajaran yang lebih hidup, visual, dan interaktif. Pengajar bisa menampilkan video eksperimen sains, memperlihatkan peta interaktif saat belajar geografi, hingga menggunakan aplikasi kuis digital untuk menilai pemahaman siswa secara real-time.

Bagi siswa, pembelajaran berbasis Smart TV akan terasa lebih menarik dan relevan dengan gaya hidup generasi digital saat ini. Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga partisipan aktif dalam proses belajar.

Menurut Dr. Nurul Aini, pakar teknologi pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, integrasi Smart TV di sekolah dapat meningkatkan motivasi belajar dan literasi digital siswa sejak dini.

“Anak-anak belajar lebih cepat melalui visual dan interaksi. Smart TV menjadi alat efektif untuk membangun lingkungan belajar yang adaptif,” ungkapnya.


Tantangan Implementasi di Lapangan

Meski program ini menuai apresiasi, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah keterbatasan akses internet di daerah terpencil. Data dari Kominfo menunjukkan sekitar 18% sekolah di Indonesia belum memiliki jaringan internet yang stabil.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah bekerja sama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) guna memperluas infrastruktur jaringan ke daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).

Selain itu, pelatihan pengajar menjadi faktor kunci keberhasilan program. Pemerintah akan mengadakan bimbingan teknis nasional bagi lebih dari 200 ribu pengajar agar mampu mengoperasikan Smart TV dan memanfaatkannya dalam kurikulum digital.


Kolaborasi Pemerintah dan Industri

Pemerintah juga menggandeng perusahaan teknologi seperti Polytron, Advan, dan Samsung Indonesia dalam penyediaan perangkat. Kolaborasi ini tidak hanya mendukung program pendidikan, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri teknologi dalam negeri.

Bahkan, pemerintah tengah mengembangkan sistem aplikasi terintegrasi berbasis Smart TV yang akan menghubungkan berbagai layanan pendidikan, mulai dari jadwal pelajaran hingga sistem evaluasi siswa.

“Kami ingin menciptakan ekosistem digital pendidikan yang mandiri dan berkelanjutan,” kata Suharti menegaskan.


Langkah Menuju Sekolah Digital 2030

Penyebaran Smart TV hanyalah awal dari transformasi besar yang sedang digerakkan pemerintah menuju visi “Sekolah Digital 2030”. Dalam visi ini, pembelajaran diharapkan sepenuhnya berbasis teknologi, dengan integrasi antara konten digital, sistem administrasi, dan penilaian berbasis data.

Smart TV berperan sebagai jembatan menuju kelas cerdas (smart classroom) di mana siswa, pengajar, dan konten pembelajaran terhubung secara interaktif. Dengan langkah ini, Indonesia berambisi menciptakan generasi yang melek digital dan siap menghadapi era ekonomi berbasis pengetahuan.


Kesimpulan

Penyebaran 330 ribu Smart TV ke sekolah hingga akhir 2025 merupakan lompatan besar dalam sejarah pendidikan Indonesia. Program ini menandai transisi dari pembelajaran konvensional menuju sistem pendidikan berbasis teknologi modern.

Dengan dukungan infrastruktur, pelatihan pengajar, dan sinergi antar lembaga, Smart TV akan menjadi simbol kemajuan pendidikan nasional — membuka ruang belajar tanpa batas, memperkecil kesenjangan digital, dan mempersiapkan siswa Indonesia menghadapi masa depan yang serba digital.

“Digitalisasi pendidikan bukan pilihan, tapi kebutuhan. Smart TV adalah awal dari revolusi belajar di sekolah kita,” tutup Menteri Nadiem.