Microsoft Luncurkan Model AI Orisinal


Selama ini, Copilot mengandalkan Prometheus, sebuah sistem pencarian dan penalaran yang dipadukan dengan teknologi Model Bahasa Besar (LLM). Prometheus sendiri bekerja berkat integrasi GPT-4 dan GPT-5 dari OpenAI, mitra jangka panjang Microsoft dalam pengembangan AI.

Namun, Microsoft tampaknya ingin lebih mandiri. Dengan merilis MAI-Voice-1 dan MAI-1, perusahaan menunjukkan ambisi untuk menciptakan ekosistem AI buatan sendiri, tanpa sepenuhnya bergantung pada pihak ketiga.

Dalam pernyataan resmi di situs Microsoft AI pada Kamis, 28 Agustus 2025, perusahaan menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah menghadirkan AI yang inklusif. “Kami menciptakan AI untuk semua orang. Kehadirannya mendukung dan selalu membantu melayani manusia,” demikian bunyi keterangan resmi tersebut.


MAI-Voice-1: Suara Lebih Alami dan Ekspresif

Model pertama yang dikenalkan adalah MAI-Voice-1, sebuah model AI suara. Microsoft mengklaim bahwa teknologi ini mampu menghasilkan suara yang lebih ekspresif, alami, dan mendekati percakapan manusia sesungguhnya.

MAI-Voice-1 akan tersedia di berbagai layanan, antara lain Copilot Daily dan Podcast, serta dapat diakses secara lebih luas melalui Copilot Labs.

Dengan hadirnya model ini, pengalaman mendengarkan suara AI diperkirakan akan lebih menyenangkan. Pengguna dapat merasakan percakapan yang tidak monoton, melainkan penuh intonasi dan nuansa, mirip dengan interaksi antar manusia.


MAI-1: AI Teks untuk Chatbot Copilot

Selain suara, Microsoft juga memperkenalkan MAI-1, model berbasis teks yang akan memperkuat kemampuan chatbot Copilot.

Berbeda dengan MAI-Voice-1, MAI-1 masih berada dalam tahap peninjauan akhir. Microsoft mengumumkan bahwa model ini akan diuji terlebih dahulu melalui platform LMArena sebelum dirilis ke publik.

MAI-1 dirancang untuk menangani berbagai kebutuhan percakapan berbasis teks dengan lebih baik, mulai dari menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan detail, hingga melakukan interaksi yang lebih personal.

Microsoft menambahkan bahwa peluncuran MAI-1 akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa pekan mendatang. Selama periode uji coba, perusahaan akan mengumpulkan masukan dari pengguna untuk menyempurnakan model tersebut.


Akses Dini untuk Pengguna

Menariknya, Microsoft membuka kesempatan bagi pengguna untuk mencoba MAI-1 lebih awal melalui akses dini. Dengan begitu, perusahaan bisa mendapatkan umpan balik langsung dari komunitas pengguna mengenai kelebihan maupun kekurangan model tersebut.

Skema ini juga menjadi cara Microsoft membangun keterlibatan pengguna sekaligus meningkatkan kualitas layanan. Sebab, dengan menguji langsung di lapangan, model AI bisa berkembang lebih cepat sesuai kebutuhan nyata masyarakat.


Menggantikan Prometheus?

Selama beberapa tahun terakhir, Prometheus menjadi motor utama Copilot. Sistem ini mampu menggabungkan kecanggihan GPT-4 dan GPT-5 dengan pencarian real-time untuk menghasilkan jawaban yang relevan.

Namun, dengan munculnya MAI-1 dan MAI-Voice-1, muncul pertanyaan besar: apakah Microsoft akan sepenuhnya meninggalkan Prometheus?

Meski belum ada pernyataan tegas, banyak analis menilai bahwa Microsoft tengah mempersiapkan diri untuk mengurangi ketergantungan pada OpenAI. Dengan model orisinal, perusahaan memiliki kendali penuh atas pengembangan, pembaruan, hingga monetisasi.


Dampak bagi Industri AI

Kehadiran dua model baru ini tentu saja akan mengguncang industri AI global. Selama ini, dominasi pasar chatbot dan asisten virtual banyak dipengaruhi oleh OpenAI, Google DeepMind, hingga Anthropic.

Dengan MAI-1 dan MAI-Voice-1, Microsoft tidak hanya menjadi pengguna teknologi pihak ketiga, tetapi juga produsen utama AI yang siap bersaing langsung.

Jika model ini terbukti berhasil, bukan tidak mungkin Microsoft akan memperluas implementasi ke berbagai lini produk lain, mulai dari Office, Windows, hingga layanan cloud Azure.


Respons Publik dan Pakar

Peluncuran MAI-Voice-1 dan MAI-1 mendapat sambutan beragam dari publik dan pakar teknologi.

Beberapa pengguna menyambut positif langkah Microsoft yang dinilai akan membuat ekosistem AI lebih kompetitif. Dengan banyaknya pemain baru, kualitas teknologi diharapkan meningkat sekaligus memberi pilihan lebih luas bagi konsumen.

Namun, ada juga yang skeptis. Mereka mempertanyakan apakah Microsoft mampu menghadirkan model AI yang benar-benar setara atau bahkan melampaui GPT milik OpenAI. Tantangan lain adalah menjaga kecepatan pengembangan tanpa mengorbankan keamanan dan etika penggunaan.


Visi Jangka Panjang Microsoft

Langkah ini sejalan dengan visi jangka panjang Microsoft dalam membangun ekosistem AI global. Dengan investasi besar-besaran dalam infrastruktur cloud, perangkat lunak, hingga penelitian AI, perusahaan tampaknya ingin memastikan bahwa mereka bukan hanya sekadar mitra, melainkan pemimpin dalam industri ini.

Jika MAI-1 dan MAI-Voice-1 berhasil, maka Microsoft berpotensi memperkenalkan lebih banyak model AI orisinal di masa depan, sekaligus memperkuat posisinya sebagai inovator utama.


Kesimpulan

Peluncuran MAI-Voice-1 dan MAI-1 menjadi bukti nyata bahwa Microsoft tidak ingin hanya menjadi pengikut dalam revolusi AI. Kedua model ini dirancang untuk menghadirkan pengalaman pengguna yang lebih alami, interaktif, dan personal, khususnya dalam chatbot Copilot.

Dengan uji coba terbuka dan ambisi besar, Microsoft berpeluang besar memperluas pengaruhnya di pasar AI global. Pertanyaannya, apakah langkah ini cukup untuk membuat mereka lepas dari bayang-bayang OpenAI? Waktu yang akan menjawab.