Daftar Isi
- 1 Tujuan di Balik Inovasi Ini
- 2 Privasi dan Kontrol Pengguna Jadi Fokus Utama
- 3 Dampak Terhadap Pola Penggunaan Threads
- 4 Strategi Meta Hadapi Kompetisi
- 5 Respon Komunitas dan Uji Coba Global
- 6 Tantangan: Moderasi dan Penyalahgunaan Konten
- 7 Ghost Post dan Tren Efemeritas di Media Sosial
- 8 Kesimpulan: Threads Kembali ke Akar Komunitas
Fitur “Ghost Post” pada Threads memungkinkan pengguna membagikan unggahan seperti biasa — baik teks, foto, maupun video pendek — namun dengan batas waktu tampil selama satu hari.
Setelah 24 jam berlalu, postingan tersebut akan otomatis menghilang dari profil dan lini masa pengikut, tanpa perlu dihapus secara manual.
Konsep ini sebenarnya tidak asing bagi pengguna media sosial. Platform seperti Snapchat dan Instagram Stories sudah lebih dulu mengusung ide serupa. Namun, perbedaan Ghost Post terletak pada penempatannya langsung di feed utama Threads, bukan di bagian cerita (story).
Dengan demikian, unggahan “sementara” ini akan tetap muncul di alur percakapan seperti postingan biasa, tetapi dengan label khusus bertuliskan “Ghost” di pojok kanan atas.
Tujuan di Balik Inovasi Ini
Menurut juru bicara Meta, fitur Ghost Post dirancang untuk mendorong keterlibatan pengguna yang lebih spontan dan autentik.
“Kami ingin pengguna merasa bebas berbagi pikiran tanpa tekanan harus terlihat sempurna atau permanen,” ujar Adam Mosseri, Kepala Produk Instagram yang juga mengawasi Threads.
Fitur ini diyakini mampu menghidupkan kembali semangat awal Threads yang sempat menurun setelah lonjakan pengguna di masa peluncuran tahun 2023.
Dengan Ghost Post, Meta berusaha membuat pengguna lebih aktif berinteraksi tanpa khawatir unggahan lama mereka menjadi jejak digital permanen.
Privasi dan Kontrol Pengguna Jadi Fokus Utama
Salah satu keunggulan fitur ini adalah peningkatan kontrol pengguna terhadap data dan visibilitas konten.
Threads menambahkan pengaturan baru di menu Privacy Settings untuk Ghost Post, memungkinkan pengguna menentukan siapa saja yang bisa melihat unggahan mereka — apakah publik, hanya pengikut, atau bahkan daftar teman tertentu.
Selain itu, Meta memastikan bahwa meskipun konten hilang setelah 24 jam, data pribadi tidak disimpan di server untuk tujuan iklan atau analisis perilaku.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya Meta dalam memulihkan kepercayaan publik setelah berbagai isu privasi di masa lalu.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pendekatan efemeritas bukan hanya tren, tapi bagian dari strategi privasi baru kami,” tambah Mosseri.
Dampak Terhadap Pola Penggunaan Threads
Peluncuran Ghost Post diyakini akan mengubah cara pengguna berinteraksi di Threads.
Sebelumnya, Threads dikenal dengan gaya percakapan terbuka dan santai yang mirip forum publik. Namun, dengan Ghost Post, pengguna kini bisa mengekspresikan ide, opini, atau perasaan sesaat tanpa khawatir meninggalkan jejak digital panjang.
Banyak pengguna awal yang sudah mencoba fitur ini menyebut Ghost Post sebagai “kombinasi sempurna antara Twitter dan Instagram Stories.”
Salah satu pengguna, @mika_tech, menulis di Threads:
“Ghost Post bikin saya lebih berani posting hal-hal ringan tanpa takut nanti disalahpahami di masa depan. Rasanya lebih bebas!”
Pengamat media sosial memperkirakan bahwa fitur ini akan meningkatkan engagement harian karena pengguna cenderung lebih aktif memposting ketika tahu kontennya tidak permanen.
Strategi Meta Hadapi Kompetisi
Peluncuran fitur Ghost Post juga tak lepas dari strategi Meta menghadapi ketatnya persaingan di pasar media sosial global.
Dalam beberapa bulan terakhir, X (Twitter), Bluesky, dan Mastodon mulai menambah basis pengguna dengan fitur interaksi baru.
Dengan Ghost Post, Threads mencoba mengambil posisi unik di antara para pesaingnya: sebuah platform teks ringan yang tidak terlalu serius, tapi tetap aman dan terkendali.
Selain itu, Meta juga berencana mengintegrasikan Ghost Post dengan Instagram, sehingga unggahan sementara di Threads bisa otomatis dibagikan ke story Instagram pengguna.
“Kami melihat banyak potensi dalam menghubungkan audiens antar-platform. Ghost Post akan menjadi jembatan antara percakapan ringan di Threads dan konten visual di Instagram,” jelas Mosseri.
Respon Komunitas dan Uji Coba Global
Fitur Ghost Post pertama kali diuji coba pada pertengahan September 2025 di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Brasil, dan Indonesia.
Hasil uji coba menunjukkan respons positif: tingkat posting harian meningkat 37%, sementara interaksi komentar naik hingga 22%.
Meta kemudian memutuskan untuk meluncurkan fitur ini secara global mulai 23 Oktober 2025.
Dalam peluncurannya, Threads juga menambahkan notifikasi khusus yang memberi tahu pengguna saat Ghost Post mereka mendekati batas waktu 24 jam sebelum dihapus otomatis.
“Kami tidak ingin pengguna kehilangan momen penting tanpa peringatan, jadi notifikasi 1 jam sebelum penghapusan otomatis kami tambahkan sebagai fitur pelengkap,” kata tim pengembang Threads.
Tantangan: Moderasi dan Penyalahgunaan Konten
Meski dianggap inovatif, kehadiran Ghost Post juga menimbulkan tantangan baru bagi sistem moderasi Threads.
Karena unggahan bersifat sementara, konten yang melanggar aturan — seperti ujaran kebencian atau disinformasi — bisa lebih sulit dilacak.
Meta mengklaim telah mengantisipasi hal ini dengan algoritma deteksi cepat berbasis AI yang bekerja secara real-time.
Sistem tersebut mampu mendeteksi unggahan bermasalah dan menghapusnya sebelum mencapai banyak pengguna, bahkan jika konten tersebut akan hilang dalam waktu singkat.
“Kami memastikan fitur efemeritas tidak menjadi celah untuk penyalahgunaan. Moderasi otomatis dan laporan komunitas tetap berlaku penuh,” tegas perwakilan Meta.
Ghost Post dan Tren Efemeritas di Media Sosial
Peluncuran fitur ini mencerminkan tren global media sosial yang kini lebih menekankan real-time sharing dan temporary visibility.
Pengguna modern cenderung mencari ruang berbagi yang lebih ringan, spontan, dan tidak permanen, berbeda dengan era awal media sosial yang menonjolkan arsip dan dokumentasi.
Platform seperti BeReal dan Snapchat telah membuktikan bahwa konsep “sementara” bisa menjadi kekuatan utama dalam menciptakan keintiman digital. Kini, Meta melalui Threads berusaha membawa konsep itu ke ranah teks dan percakapan publik.
Analis teknologi dari SocialMediaLab, Hiro Tanaka, menilai langkah ini sebagai bentuk adaptasi Meta terhadap perubahan perilaku digital.
“Ghost Post adalah evolusi alami. Pengguna ingin kebebasan berekspresi tanpa harus membangun persona digital permanen. Threads paham betul arah ini,” ujarnya.
Kesimpulan: Threads Kembali ke Akar Komunitas
Dengan kehadiran Ghost Post, Threads menunjukkan komitmen untuk tetap menjadi platform percakapan yang otentik, cepat, dan aman.
Fitur ini memberi keseimbangan antara ekspresi diri dan kontrol privasi, sesuatu yang sangat dicari di era media sosial modern.
Melalui pendekatan ini, Meta tampaknya tidak sekadar mengikuti tren, tetapi menciptakan kembali cara orang berinteraksi secara digital.
Apakah Ghost Post akan menjadi fitur revolusioner yang mengubah arah Threads? Waktu yang akan menjawab — tapi satu hal pasti: efemeritas kini menjadi masa depan interaksi sosial di dunia maya.
 
		 
						
