“Angry Tortoise”: Rudal Hipersonik AS?


Di tengah persaingan militer yang semakin ketat, Amerika Serikat berupaya mengejar ketertinggalannya dalam perlombaan senjata hipersonik. Salah satu langkah terbaru adalah proyek rudal bernama Angry Tortoise — sebuah sistem rudal hipersonik yang dikembangkan untuk menjadi angkatan serang cepat masa depan di bawah pengawasan Air Force Research Laboratory (AFRL) dan kontraktor swasta. Energy Reporters+3Popular Mechanics+3interestingengineering.com+3

Pada konferensi militer baru-baru ini, pihak AFRL mengungkap bahwa rudal ini menggunakan mesin roket berbahan bakar cair generasi baru bernama Draper engine, yang dikembangkan oleh perusahaan Ursa Major dari Colorado. Popular Mechanics+1 Proyek ini dijadwalkan untuk uji terbang pertama pada bulan Desember di lokasi uji rudal tradisional di White Sands, New Mexico. Popular Mechanics+1


Mengapa “Angry Tortoise”?

Nama proyek yang unik ini sebenarnya mencerminkan tantangan besar yang dihadapi AS dalam teknologi hipersonik. Sementara Rusia dan China telah mengklaim memiliki sistem hipersonik operasional, AS masih berjuang untuk mengembangkan sistem yang andal, efisien, dan murah. Popular Mechanics+1
Pemilihan nama “Tortoise” (kura-kura) bisa dilihat sebagai sindiran terhadap lambatnya laju perkembangan rudal hipersonik AS dibanding pesaing, tetapi dengan kata “Angry” yang menunjukkan ambisi untuk mengejar ketertinggalan.


Teknologi Utama di Balik Proyek

Mesin Draper yang menjadi jantung proyek ini memiliki beberapa keunggulan teknis:

  • Menggunakan campuran bahan bakar cair hidrogen peroksida-kerosin yang dapat disimpan pada suhu ruang, memberi fleksibilitas peluncuran “on-demand”. Popular Mechanics+1
  • Sekitar 60 % bagian mesin menggunakan teknologi cetak 3D, yang menekan biaya produksi dibanding teknologi roket tradisional. Popular Mechanics
  • Mesin cair memungkinkan beberapa kali pengapian ulang (re-ignition), berbeda dengan sistem bahan bakar padat yang hanya sekali pakai. Popular Mechanics+1
  • Diharapkan mendukung kecepatan hipersonik dengan kemampuan manuver yang tinggi, bukan hanya melaju cepat lurus. Popular Mechanics

Meski demikian, pengujian awal akan membatasi kecepatan hingga Mach 2 karena keterbatasan lokasi uji, sedangkan target penuh adalah Mach 4 hingga Mach 5 dalam uji lanjutan di laut lepas. Popular Mechanics+1


Tantangan dan Risiko Strategis

Proyek ini meski menjanjikan, menghadapi sejumlah kendala kritis:

  • AS tertinggal dalam perlombaan hipersonik: laporan kongres menunjukkan Rusia dan China telah mengoperasikan sistem serupa. Popular Mechanics+1
  • Biaya dan kompleksitas teknologi hipersonik sangat tinggi—banyak proyek sebelumnya gagal atau dibatalkan. Popular Mechanics+1
  • Sertifikasi, integrasi ke platform peluncuran dan sistem tempur serta pengujian dalam skenario nyata akan memakan waktu.
  • Proyek ini saat ini masih bersifat demonstrasi (technology demonstrator), bukan sistem operasional penuh. Aviation Week

Implikasi Geopolitik dan Militer

Jika berhasil, Angry Tortoise dapat memberikan AS keunggulan dalam kecepatan serangan dan respons strategis — elemen penting dalam era persaingan militer maju. Namun keberhasilan tersebut juga dapat memicu escalasi senjata hipersonik, mempercepat perlombaan persenjataan antara blok besar global.

Para analis militer menyebut bahwa kemampuan hipersonik bukan hanya soal kecepatan, tetapi kelincahan manuver, ketahanan peluncuran, dan biaya per unit yang menentukan keunggulan. Energy Reporters
Dengan demikian, proyek seperti ini menjadi penting bukan hanya bagi AS, tetapi juga menunjukkan arah strategis pertahanan di abad ke-21.


Apakah Ini “Rudal Hipersonik Pertama AS”?

Sebenarnya, AS memiliki beberapa proyek hipersonik sebelumnya seperti HAWC (Hypersonic Air-breathing Weapon Concept) yang mencapai Mach 5 namun masih dalam tahap eksperimental. Wikipedia
Angry Tortoise diharapkan menjadi versi pertama yang operasional dan biaya-rendah-nya, namun belum bisa diklaim sebagai rudal hipersonik penuh yang telah diterjunkan.


Kesimpulan

Proyek Angry Tortoise memang menampilkan ambisi tinggi: menggabungkan biaya rendah, teknologi terobosan, dan kecepatan hipersonik dalam satu rudal.
Namun keberhasilannya belum terbukti di medan nyata — tantangan teknis, biaya, dan geopolitik tetap membayangi.

Apakah ini akan menjadi “rudal hipersonik pertama AS”? Jawabannya masih menunggu hasil uji peluncuran dan keputusan produksi massal.
Tetapi satu hal jelas: perang teknologi hipersonik telah bergerak memasuki babak baru – dan AS tidak ingin tertinggal lagi.